Ia menyampaikan pentingnya pendekatan branding yang tidak hanya menjual keindahan alam, tetapi juga mengangkat budaya, produk kreatif, serta kearifan lokal.
“Kita harus punya cerita kuat untuk dijual ke dunia. Labuan Bajo bukan hanya soal pemandangan yang indah, tapi tentang keramahan orang-orangnya, kuliner khasnya, serta produk UMKM-nya. Branding harus dibangun dari kekuatan lokal,” ungkap Juli dalam pemaparannya.
Kegiatan diseminasi ini juga menjadi ruang dialog aktif antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan para pelaku pariwisata serta UMKM.
Beberapa pelaku usaha lokal menyampaikan harapan agar branding Labuan Bajo terus diperkuat dengan kegiatan promosi terpadu, pelatihan SDM pariwisata, dan kemudahan akses terhadap pembiayaan usaha.
Stefanus Jemsifori, Kepala Dinas Parekrafbud Manggarai Barat, dalam pernyataannya mengatakan bahwa pihaknya terus mendorong sinergi lintas lembaga dalam rangka memperluas jejaring pasar pariwisata Labuan Bajo.
“Kami terbuka terhadap setiap masukan dan dukungan dari pusat. Branding tidak bisa berdiri sendiri. Ia harus didukung dengan kualitas pelayanan, promosi yang tepat sasaran, dan produk pariwisata yang terus berkembang,” jelasnya.
Labuan Bajo sebagai gerbang masuk Taman Nasional Komodo memang tengah mengalami transformasi besar dalam sektor pariwisata.
Kehadiran program strategis seperti diseminasi branding ini diharapkan mampu menambah daya tarik destinasi sekaligus memperkuat posisi Labuan Bajo sebagai wajah pariwisata Indonesia Timur di mata dunia. **
Tetap Terhubung Dengan Kami:
Ikuti Kami
Subscribe
CATATAN REDAKSI: Apabila Ada Pihak Yang Merasa Dirugikan Dan /Atau Keberatan Dengan Penayangan Artikel Dan /Atau Berita Tersebut Diatas, Anda Dapat Mengirimkan Artikel Dan /Atau Berita Berisi Sanggahan Dan /Atau Koreksi Kepada Redaksi Kami Laporkan,
Sebagaimana Diatur Dalam Pasal (1) Ayat (11) Dan (12) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 Tentang Pers.









