Scroll Ke bawah untuk melanjutkan

Densus 88 Anti Teror Gelar Edukasi Antiradikalisme di Manggarai Timur

Kontributor : Redaksi Editor: Tim Redaksi
  • Bagikan
IMG 20251116 212211
Densus 88 Anti Teror Gelar Edukasi Antiradikalisme di Manggarai Timur. (foto : isth).

BORONG, NTTNEWS.NET – Aula SMA Negeri 1 Elar, Kabupaten Manggarai Timur, pada Sabtu pagi, 15 November 2025, dipenuhi ratusan peserta dari berbagai unsur masyarakat.

Para kepala desa, tokoh agama, tokoh masyarakat, guru, serta ratusan pelajar antusias menghadiri kegiatan silaturahmi bertema “Perkokoh Persatuan dan Kebinekaan Wujudkan Masyarakat Tangguh Terhadap Dampak Intoleransi, Radikalisme, Ekstremisme dan Terorisme.”

Berbeda dari kegiatan sebelumnya, Pemerintah Kecamatan Elar menghadirkan Tim Idensos Satgaswil NTT Densus 88 Anti Teror Polri.

Langkah ini diambil untuk memberikan edukasi lebih komprehensif, terutama karena pada 2019 lalu seorang warga Elar bernama Yanto pernah terlibat tindak pidana terorisme.

Setelah menjalani hukuman empat tahun, ia kini berada dalam pendampingan deradikalisasi dan menjadi contoh nyata bahwa perubahan adalah hal yang mungkin.

Kehadiran Yanto menjadi bagian paling penting dari kegiatan ini. Pengalamannya memberikan sudut pandang baru bagi masyarakat tentang bagaimana seseorang dapat terjerumus ke dalam jaringan teror, dan bagaimana proses keluarnya.

Dalam sambutannya, Camat Elar Ponsianus Darusman, S.ST., mengapresiasi kehadiran Tim Densus 88.

Baca Juga :  Penangkapan Tanpa Surat Sah, Kuasa Hukum Bongkar Kejanggalan Kasus TPPU Nabila

“Terima kasih atas kehadiran Densus 88 yang telah meluangkan waktu berbagi ilmu guna meningkatkan ketahanan diri remaja dari paparan paham intoleransi, radikalisme, ekstremisme, dan terorisme,” ujarnya.

Ia berharap seluruh peserta meneruskan pengetahuan tersebut kepada masyarakat.

“Saya berharap berbagai materi yang dipaparkan harus diwartakan oleh para peserta,” tegasnya.

Sementara itu, Kepala Pos Polisi Kecamatan Elar, Briptu Lalu Sukiman, memastikan bahwa kondisi keamanan di wilayah tersebut dalam keadaan stabil.

“Situasi Kamtibmas di Elar masih terpantau aman dan kondusif,” ujarnya singkat.

Ruangan mendadak hening ketika Yanto diminta maju untuk berbagi pengalaman masa lalunya.

Ia diperkenalkan langsung oleh Koordinator Tim Idensos Satgaswil NTT Densus 88, IPTU Silvester Guntur.

“Saudara kita Yanto pernah berurusan dengan Densus 88 dalam kasus tindak pidana terorisme. Saat ini kami pastikan ia sudah berubah dan kembali bersama kita,” kata Silvester.

“Hari ini saya berada di hadapan bapak ibu untuk berbagi pengalaman, bagaimana saya bergelut dalam organisasi terorisme hingga akhirnya menjadi pelaku,” tuturnya.

Baca Juga :  Fansi Jahang Nahkodai Pramuka Manggarai 2025–2030, Siap Cetak Generasi Tangguh

Ia mengungkap bahwa dirinya direkrut Jamaah Islamiyah (JI) pada 2014, menjalani pendidikan ideologi dan militer pada 2015, hingga akhirnya ditangkap pada 2019.

“Saya harus bersyukur karena ditangkap. Kalau saya tidak diamankan Densus 88, mungkin saat ini saya sudah berada di Afganistan atau Suriah,” ujarnya yang disambut tawa ringan peserta.

Selama dalam tahanan, ia bertemu dengan tokoh-tokoh agama moderat yang perlahan mengubah cara pandangnya.

“Dulu cara pandang saya eksklusif. Di luar keyakinan saya, tidak ada yang benar,” akunya.

Yanto juga mengungkap faktor-faktor yang kerap dimanfaatkan kelompok radikal, seperti kesenjangan ekonomi, instabilitas politik, serta emosi keagamaan yang mudah diprovokasi.

Ia mencontohkan aksi 212 sebagai momen yang sempat dimanfaatkan kelompok radikal untuk memperuncing situasi.

Ia menegaskan bahwa radikalisme mudah tumbuh tetapi sulit dihapus.

  • Bagikan