LABUAN BAJO, NTTNEWS.NET – Direktur Perumda Bidadari, Elisabet Mersin, dalam wawancara eksklusif pada Selasa, 11 Maret 2025, di ruang kerjanya, mengungkapkan tantangan dan strategi perusahaan dalam mengembangkan destinasi wisata Batu Cermin serta upaya pengembalian modal penyertaan pemerintah.
“Selama sembilan bulan ini, sejak kami dilantik pada 1 Juli 2024 oleh Bupati Manggarai Barat, Edistasius Endi, S.E., kami menghadapi keterbatasan dalam menjalankan program. Salah satunya karena belum ada aset yang sepenuhnya diserahkan kepada Perumda Bidadari untuk dikelola secara penuh, baik dari segi manajemen maupun operasional. Selain itu, tidak ada tambahan suntikan dana dari pemerintah, sehingga kami harus memaksimalkan apa yang sudah ada,” ungkap Elisabet.
Salah satu langkah utama yang akan dilakukan Perumda Bidadari adalah meningkatkan jumlah kunjungan ke Batu Cermin.
Saat ini, dari total 83.000 wisatawan yang datang ke Taman Nasional Komodo (TNK) setiap tahun, hanya sekitar 9% atau 7.470 orang yang mengunjungi Batu Cermin. Target tahun ini adalah meningkatkan angka tersebut menjadi 25% dari total pengunjung TNK.
“Kami berencana menambah event-event rutin di Batu Cermin, seperti pertunjukan caci, tarian lokal, dan atraksi budaya lainnya. Selain itu, kami akan memaksimalkan promosi melalui media online, offline, dan kerja sama dengan komunitas serta pelaku pariwisata, baik lokal maupun nasional. Bahkan, kami melibatkan influencer untuk membantu membranding Batu Cermin,” jelas Elisabet.
Selain itu, pihaknya akan mengembangkan fasilitas tambahan di area wisata, termasuk outbound, papan informasi (storyboard) di setiap titik strategis, serta pelatihan bagi staf agar pelayanan semakin optimal.
“Kami juga berencana memberikan selendang kepada pengunjung sebagai bagian dari pengalaman wisata di Batu Cermin,” tambahnya.
Terkait dengan penyertaan modal yang diberikan oleh Pemerintah Kabupaten Manggarai Barat sebesar Rp5,03 miliar sejak 2021, Elisabet menjelaskan bahwa hingga saat ini Perumda Bidadari belum mampu mengembalikan modal tersebut karena masih mengalami defisit operasional.
“Pengeluaran operasional kami cukup besar. Listrik saja bisa mencapai Rp15 juta per bulan, sementara gaji karyawan sekitar Rp60 juta untuk 20 orang. Sementara itu, pendapatan utama kami masih berasal dari parkir dan galeri suvenir, dengan pemasukan dari galeri berkisar Rp40-50 juta per bulan. Namun, itu belum cukup untuk menutupi biaya operasional,” ungkapnya.
Meski demikian, ia optimis dalam waktu tiga tahun ke depan, perusahaan dapat mengembalikan investasi melalui strategi pemasaran dan peningkatan jumlah pengunjung.
“Jika kami diberi wewenang penuh dalam pengelolaan Batu Cermin dan ada tambahan penyertaan modal, kami yakin dalam tiga tahun ke depan return of investment bisa tercapai,” tegas Elisabet.
Tetap Terhubung Dengan Kami:
Ikuti Kami
Subscribe
CATATAN REDAKSI: Apabila Ada Pihak Yang Merasa Dirugikan Dan /Atau Keberatan Dengan Penayangan Artikel Dan /Atau Berita Tersebut Diatas, Anda Dapat Mengirimkan Artikel Dan /Atau Berita Berisi Sanggahan Dan /Atau Koreksi Kepada Redaksi Kami Laporkan,
Sebagaimana Diatur Dalam Pasal (1) Ayat (11) Dan (12) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 Tentang Pers.









